Welcome to My Blog
Senin, 14 Juni 2010
Patience
all the time in darkness
wait here
try to be patient
no one see
no one care
so why I should be here?
Watching light become night
I went to other side of world
crossing the ocean
see the sun turn red
It's wrong
It's a mistake
I'am look back
There
I come back
Here is where I belong
Just wait
My turn will come
just need a little bit
A patience
Minggu, 06 Juni 2010
Dokter Gigi dan Bunga Matahari
Ayah terus menarik badanku, sampai akhirnya mendorongku masuk ke dalam mobil yang berada di garasi. Kakakku tersenyum ke arah mobil mereka, sambil memotong rumput halaman rumah mereka. aku selalu mengganggap semua yang ada di rumah ini adalah milik mereka. hidup mereka dan aku hanya menjadi debu kecil yang tidak berarti. Dari sikap Ayahku, aku selalu melihat beliau selalu berusaha keras mengganggapku sebagai anak laki-laki, bukan gadis remaja yang memakai kebaya. Kakakku terus tersenyum , dan aku seratus persen yakin dia tersenyum pada ayah mereka.
Setelah berkendara lebih dari 15 menit, kami sampai di tempat praktek seorang dokter gigi. dan aku masih tidak peduli dan berontak. tapi betapa keraspun aku mencoba , aku tidak bisa mengalahkan tenaga ayahku. ayahku menyeretku k sebuah ruangan, aku rasa difungsikan sebagai ruang tunggu. seorang perempuan paruh baya, menyambut kami di mejanya, menanyakan beberapa hal dan meminta kami menunggu. aku memang jarang ke dokter gigi, mungkin hanya dua kali dalam hidup ku, termasuk hari ini. tapi seumur hidup aku tidak pernah melihat tempat praktek dokter seramai ini. ada kurang lebih 20 orang bersama kami. ada beberapa manula, dan sebagian laki anak kecil . tidak ada orang yang seumuran dengan ku, ” tidak membesarkan hati” lirihku dalam hati. hampir satu jam kami menunggu , baru lah namaku di panggil, ayahku menunggu diluar. dia tidak bicara, hanya mendongakkan kepalanya ke arah sebuah pintu, aku berjalan gontai. ”Ayah, menyebalkan!” umpatku. sambil memandang tajam ke arah tempat duduk ayahku. Ayahku tiba-tiba berdiri dan berlari ke arahku yang berdiri di depan pintu kayu merah, aku tetap memandang tajam, aku tidak takut, pikirku. Ayahku memegang erat tangan ku, ”Aku sudah muak dnegan mu, Ro. ” Ayah selalu memanggilku Ro. Jessy, Daniel, dan Jonathan selalu memanggilku begitu. jika hendak menyuruh-nyuruh ku. Kebanyakan aku jawab dengan bantingan pintu dan umpatan. ”Kau tidak pernah mau menuruti Ayah, kenapa kau tidak bisa seperti Jess, Dan atau Jo. Kau hanya pembuat masalah, masuk ke dalam. atau kau akan kuhukum!” hardiknya, aku marah, aku bukan pembuat masalah. mataku berkaca-kaca, aku menahan tangisku dalam-dalam. Aku ingin membalas ayahku, tapi satu katapun tidak ada yang meluncur dari mulutku. untuk beberapa menit. aku sadar orang-orang melihat pertengkaran kami, masih ada sekitar 5 orang disekitar kami.Lalu aku menarik nafas, ” Tidak pernahkah Ayah sadari , aku ini Rossie. Bukan Jess, Aku bukan pahlawan basket sekolah. Aku juga bukan Daniel, yang menguasai 5 bahasa, aku juga bukan Jo , yang sudah bisa membuat program saat dia seumurku , Yah. Aku rossie. Aku harap Ayah menreima itu. dan satu hal lagi, ” aku menarik nafas sedalam yang paru-paru ku mampu lakukan. ”aku benci ayah,” lirihku. aku juga muak, yah. dengan semua kemarahan mu, aku tidak membuat masalah. masalah itu yang mencariku. aku ingin kau ada di dekatku , yah. berbicara dengan ku mengenai masalahku. Tidakkah ayah mengerti , aku membutuhkanmu, aku menangis dalam hati. ”Aku tahu ayah marah, dan ayah memang selalu begitu.” kemarahan ku tidak bisa hanya dilampiaskan dengan kata-kata, seperti tumor yang berdenyut-denyut kencang dalam kepalaku. ingin rasanya kau membenturkan kepalaku ke dinding putih bersih ruangan ini. Aku membalikkan badanku. aku baru menyadari dokter gigi itu memperhatikan kami, aku rasa sudah sedari tadi dia memperhatikan kami. Aku masuk ke ruangan kecilnya itu. Setelah masuk, aku langsung duduk di tempat yang bisa direbahkan itu dengan lampu putih bersih bersinar. Di meja kecil kursi itu, banyak alat-alat kecil. Segelas air berkumur sudah disiapkan di samping kiriku. Aku lalu sadar dokter itu, tidak masuk ke dalam ruangannya. Tapi malah keluar mendatangi ayahku dan memintanya masuk ke ruangan itu bersamaku. ”Silahkan , Pak. Minimal harus ada satu orang keluarga atau teman yang masuk, untuk berjaga-jaga. ” ujarnya. Aku tidak mengerti dengan kata-kata ”untuk berjaga-jaga”.
Lalu akupun memejamkan mata, tapi aku tidak merasakan apa-apa. Padahal aku sudah membuka mulutku lebar-lebar berharap ini segera berakhir. Tapi Dokter yang duduk di sebelahku itu hanya tersenyum, dan berkata pada Ayahku yang duduk di kursi di depanku. Didepannya ada meja dengan tumpukan – tumpukan kertas di atasnya. Dokter itu menoleh ke arah Ayahku, ”Pak, maukah Anda menolong saya? Ambilkan saya bunga matahari di depan jendela itu. ” ujarnya sambil menunjuk satu-satunya pot di ruangan itu. Lalu ayahku mengambilnya dan bertanya, ”Apa yang ingin anda lakukan dengan bunga ini?” Dokter itu menjawab, ”Aku sangat sebal pada bunga ini.” ”Kenapa, Dok. ” Ujar Ayahku basa – basi. ”Kemarin aku menemukan biji bunga matahari , dan aku mengharapkan bunga tulip tumbuh sari biji itu.” jawabnya tersenyum masam. wajahnya sangat lucu, setidaknya bagiku. Lalu otakku berpikir keras. Apakah dokter ini sudah gila? ”Ayahku tertawa dan berkata, ”Dokter ini bagaimana, mana mungkin dari biji bunga matahari tumbuh tulip. Kodrat biji itu menjadi bunga matahari. ” Tiba-tiba Ayahku terdiam. beberapa detik kemudian Dokter itu berkata, ”Betul juga, bagaimapun kerasnya aku berusaha, berharap, bahkan memaksa. Biji itu akan tetap tumbuh menjadi Bunga Matahari, bukan Tulip. Tumbuh menjadi apa yang Tuhan ingin. Dan memiliki cahanya sendiri.” Aku terdiam dan mengerti, Ayahku terdiam sangat lama. Dan aku rasa beliau juga mengerti. Mengerti tentang bunga itu, dan tentangku.
By: Lukisan Hati
Sabtu, 05 Juni 2010
Lubang Tempatku Sembunyi
lubang tempatku sembunyi
dan aku akan tenang
di bawah cacian
di atas harapan
para orang-orang suci
berteriak menghardik
belati berdarah dingin
siapa tuanmu?
siapa musuhmu?
tak bergerak
hanya melukai
dan haus darah
ketakutanku bertambah
seperti darahku yang membanjir
aku membawa badanku
melalui lubang
tempatku sembunyi
by: Lukisan Hati
kemarahan
jadi tumor dalam jantungku
membuatnya berdetak kencang
kepalaku berdenyut
meronta
merangsak tengkorakku
aku ingin berteriak
tapi pada akhirnya
hanya air mata
aku benci melihatmu
wajahmu
membuatku muak
membuatku marah
pada akhirnya
membuat luka
by: Lukisan Hati
AKU INGIN HIDUP
dan aku memilih hidup
meski seperti tercabik, aku tetap bernafas,
mencoba bernafas
mencari detak jantung yang tertahan
aku menangis
perih dan terluka
tangis dan air mata
resiko dan bahaya
suara berteriak keras dari dalam
aku terisak memohon
pergi, aku menutup mata
keluar,
hardikku
aku menangis lagi
aku ingin hidup
by: Lukisan Hati
Today was A Fairy Tale by Taylor Swift
You were the prince
I used to be a damsel in distress
You took me by the hand and you picked me up at six
Today was a fairytale
Today was a fairytale
Today was a fairytale
I wore a dress
You wore a dark grey t-shirt
You told me I was pretty when I looked like a mess
Today was a fairytale
Time slows down whenever you're around
But can you feel this magic in the air?
It must have been the way you kissed me
Fell in love when I saw you standing there
It must have been the way
Today was a fairytale
It must have been the way
Today was a fairytale
Today was a fairytale
You've got a smile that takes me to another planet
Every move you make everything you say is right
Today was a fairytale
Today was a fairytale
All that I can say is it's getting so much clearer
Nothing made sense until the time I saw your face
Time slows down whenever you're around
Yeah yeah
But can you feel this magic in the air?
It must have been the way you kissed me
Fell in love when I saw you standing there
It must have been the way
Today was a fairytale
It must have been the way
Today was a fairytale
Time slows down whenever you're around
I can feel my heart
It's beating in my chest
Did you feel it?
I can't put this down
But can you feel this magic in the air?
It must have been the way you kissed me
Fell in love when I saw you standing there
It must have been the way
But can you feel this magic in the air?
It must have been the way you kissed me
Fell in love when I saw you standing there
It must have been the way
Today was a fairytale
It must have been the way
Today was a fairytale
Hujan Deras Milik Claire
aku masih ingat hari itu hujan turun dengan derasnya. membuat orang-orang berlarian mencari tempat berteduh. kebanyakan ke arah emperan toko di sebelah rumahku. aku sedang memasukan motorku ke dalam garasi. motor pertama ku , motor kesayangan ku. seperti hujan jarum, dinginnya menusuk kain penyelimut tubuh.
aku masuk ke kamar, walau ibu, ayah, dan adikku sedang berkumpul di ruang tengah. sekaligus ruang TV, aku tidak beranjak dari kamarku. aku lelah. tugas dari bu linda sangat banyak. aku mencoba mengerjakan salah satunya. sebagai murid dengan prestasi terbaik. ada tekanan tersendiri untuk mempertahankannya.
tok,tok,tok. aku mendengar pintu rumahku diketuk. aku mendengar suara gadis-gadis muda. begitu aku menyebut mereka yang suka sekali bergerombol tanpa tujuan hidup. “Rendy, keluar sebentar,nak. bantu ibu .” seru ibuku dari arah dapur. aku memang tertutup dengan siapapun, tapi aku tidak pernah berkata tidak pada ibuku, hanya dia satu-satunya orang yang ku percaya di dunia. berbeda dengan adikku yang supel, dan bintang basket sekolah.
aku keluar,langsung ke arah dapur. ibuku merasakan kehadiranku dan berkata, ”ankat jemuran yang basah tadi, nak.” “sudah kuduga” pikirku. aku melakukannya dalam diam. hujan masih turun dengan derasnya. aku mengangkat jemuran , menaruhnya ke garasi. masuk lagi lewat pintu belakang. ibuku membuat the hangat dan mengambil kue kering dari dalam lemari. “ada tamu, bu” tanyaku sambil meneguk teh hangat yang disodorkan ibuku. “bukan, ada beberapa orang lagi berteduh di depan rumah kita. ibu suruh masuk aja.” jawabnya.
aku penasaran, siapa lagi yang ditolong ibuku. jika ada pemilihan ibu penolong terbaik dunia, aku yakin ibuku akan menang telak. dia pernah menolong pengemis yang ditusuk. membayar biayannya, dan memberinya pekerjaan di toko kuenya. dan menjadi orang kepercayan ibuku hingga saat ini.
aku menengok keluar , ke arah ruang tamu. tiga gadis duduk di ruang tamuku. tersenyum-senyum mengobrol dengan ibuku. ibuku merasakan kehadiranku (selalu). ia berkata dengan lembut, seperti biasanya “ini Rendy, anak tante”. sebagian dari mereka melongo, aku memandang mereka agak sinis. mereka lalu tersenyum- senyum. mengulurkan tangannya kepadaku. bukan sombong. wajahku tidak jelek-jelak amat, turunan ibuku yang cantik , dan tubuh ayahku yang cukup kekar (aku mendapatkannya sedikit, adikku mendapatkan lebih banyak). aku tetap diam, ada satu mata yang membuatku ingin tersenyum, wajahnya benar-benar indah dan mempesona. ia mengenakan baju sekolah putih abu-abu. tapi tertutup oleh sweeter berwarna hitam. ia tersenyum sinis ke arahku. aku tidak tau apa yang aku lakukan setelah itu, sepertinya semua nyawaku pergi berlari-berlari mencoba berlindung dari perasaan yang selama ini aku hindari., dan kini ia datang dari alam bawah sadarku. dan menyerang tiba-tiba bagai gerilyawan. tak dapat ditolak lagi.
yang ku ingat hanya bahwa aku pergi ke kamar, dan sepertinya tugas biologi yang harus ku selesaikan sudah tidak penting lagi. aku berusaha keras berkonsentrasi dan berupaya untuk menatap materi ekskresi ku lekat-lekat. kau harus berhasil. kau ada ujian besok. kataku pada diri sendiri.
tapi yang terjadi adalah aku berusaha melongok-longok seperti si dungu yang mengintip taman syurga. oh, tuhan. perasaan apa ini. rintih ku pada yang kuasa. tapi kemudian aku sadar, aku mengenalnya. tapi tidak bisa ku ingat siapa namanya. aku penasaran
makan malam, aku bertanya. berbisik menanyakan pada ibuku, apakah seharusnya aku mengenal gadis yang tadi datang. “dia
aku berhasil, mungkin lebih karena, meskipun ini
aku kembali pada rutinitas, berkutat dengan buku. aku ingin mendapat nilai terbaik. masuk ke universitas bagus, kerja dengan gajih tinggi , dan tentu saja rumah dan mobil bagus. tapi satu dering telepon merubah pandanganku. seorang ibu muda mendesiskan namaku, dengan kesedihan mendalam di balik suara anggun dan angkuhnya. aku menyadari bahwa suara itu suara Claire. tidak itu suara Nyonya Redwood, ibu Claire. suara mereka sangat mirip. Benar-benar tak berbeda.
dia menyuruhku ke rumahnya sekarang juga, aku menurut. bukan karena alasan ingin menemui Claire, tapi lebih karena penasaran. sikap ingin tahuku sangat besar, keras kepala ujar teman-temanku menyebut sikap ku ini. aku mengendarai motor ke alamat yang diberitahukannya. bertanya- tanya dalam hati , apa yuang ingin dibicarakannya.
masuk kerumah Claire, sangat
ibunya tidak berkata apa-apa, hanya berkata ”Ikut tante , ya” dengan lembut sambil terus berjalan ke depan, membelok ke arah kanan, menaiki tangga dan sampai ke kamar . dengan tulisan besar di depannya “Claire’s Room”. apa maksudnya ini. tante membuka pintu, menyuruhku duduk dia atas tempat tidur Claire.
“dia menangis setiap malam karena merasa berasalah, tidak mau minum obat. ” isak Ny. Redwood. aku mencoba menenangkannya. meski pun aku juga menangis.
aku pulang dengan bersedih, aku menyadari betapa aku sangat membutuhkan Claire. aku memang tidak pernah melupakannya. Claire, kenapa secepat ini. tapi satu hal yang aku yakini kini, bahwa mobil bagus, rumah bagus, dan pekerjaan hebat. tidak lagi menjadi berguna. Claire satu-satunya gadis muda di hidupku. dan akan selamanya begitu. Aku Mencintaimu, Claire. Selamanya.
Kamis, 03 Juni 2010
Koloid (I)
jenis - jenis koloid
1. aerosol : koloid dengan fase terdispersi padat dan fase pendispersi gas,
contohnya: asap (smoke) dan debu di udara.
2. sol : koloid dengan fase terdispersi padat dan fase pendispersi cair,
contohnya: sol emas, sol belerang, tinta , dan cat
3. sol padat: koloid dengan fase terdispersi padat dan fase pendispersi padat
contohnya: gelas berwarna dan intan hitam
4. aerosol : koloid dengan fase terdispersi cair dan fase pendispersi gas
contohnya : kabut (fog) dan awan
5. emulsi : koloid dengan fase terdispersi cair dan fase pendispersi cair
contohnya, susu dan santan
6. emulsi padat: koloid dengan fase terdispersi cair dan fase pendispersi padat
contohnya : jeli dan mutiara
7. buih : koloid dengan fase terdispersi gas dan fase pendispersi cair
contohnya : buih sabun, dan krim kocok
8. buih padat : koloid dengan fase terdispersi gas dan fase pendispersi padat
contohnya : karet busa, batu apung, dan styrofoam
have a nice day. . .
free running
sampai gak bisa mikir, gimana manusia biasa bisa melakukan gerakan semacam itu. Daniel Marcus Ilabaca dan Ryan Doyle menunjukkan dua gerakan dalam free running.
Ryan Doyle melompat dari ketinggian (gak ingat berapa meter) dan jatuh bebas di lantai.
Sedangkan Daniel Ilabaca melompat dari satu tempat ke tempat lain berjarak 6 meter.
Tangannya luka dan sedikit berdarah. tapi dia mampu melakukannya dengan sangat baik.
Karena penasaran , nyari video di youtube, ternyata bejibun. beuhh,
di tonton satu persatu, dan benar-benar luar biasa apa yang dilakukan orang-orang ini.
tapi aku sendiri gak bisa membayangkan , kalau ingin melakukan free running di pangkalan bun, bisa habis atap sirap orang. hhe
memang ada beberapa tempat yang ku perhatian (sepertinya) bisa dijadiin tempat latihan dan melakukan gerakan-gerakan di sana.
tapi ku rasa free running bisa dilakukan dimana aja.
Rabu, 02 Juni 2010
" air "
ketika dia terhalang bebatuan, dia akan terus mencari celah,
mencari lubang-lubang kecil untuk lewat. tanpa henti mencoba. terus mencoba.
tapi meski begitu, bukan berarti sang air akan melakukan segalanya. jika melewati batu kecil, yang mampu dilewatinya. ia akan melewatinya, meski dengan bersusah payah. jika melewati batu cukup besar, dia akan melewati pinggir batu itu, bukan berarti lari dari masalah. tapi mencari cara yang lebih baik. .