Welcome to My Blog

Welcome to My Blog and Have Fun...

Kamis, 02 September 2010

Jauh Dari Tanah

Matahari di atas kepala
Menurunkan cahaya
Diantara embun rerumputan
tiduran semut-semut kecil kelaparan
Di ujung bangunan tua
adakah yg peduli?
kerasnya batu
ditetesi bening hujan
tempat semut-semut kecil berlindung
adakah yg peduli?
campuran kotor dan jijik
tanah berlumpur
tempat semut-semut kecil bekerja
adakah yg peduli?
tentu tak ada yg peduli
jika para burung di sarang emas
di atas pohon
di atas awan
jauh dari tanah

Senin, 14 Juni 2010

Patience

crossing the night
all the time in darkness
wait here
try to be patient
no one see
no one care
so why I should be here?
Watching light become night
I went to other side of world
crossing the ocean
see the sun turn red
It's wrong
It's a mistake
I'am look back
There
I come back
Here is where I belong
Just wait
My turn will come
just need a little bit
A patience

Minggu, 06 Juni 2010

Dokter Gigi dan Bunga Matahari

”Aku benci dokter gigi,” hardikkku pada Ayahku. Aku benci jika mereka memaksaku ke dokter gigi. Umurku baru 15 tahun tapi aku mempunyai gigi yang berlubang. Lalu dengan kasar, ayahku menarikku , ”Ayo ” ujarnya. Aku tau dia tidak bermaksud kasar. tapi aku benci ketidakadilan di rumah ini, aku punya 3 orang kakak. Jessy, Daniel dan Jonathan. Mereka semua kebanggaan Ayah. Dan akulah anak pembuat masalah, meski itu bukan ulahku.Ibuku telah tiada saat melahirkanku, aku selalu disalahkan. kakak-kakakku tidak pernah mau bicara denganku entah sejak kapan. sampai aku sendiri sudah lupa saking terlalu lamanya. Aku sudah menyangka hal ini, mereka pasti menyalahkan ku atas kematian Ibu kami. Atau dalam pikiran mereka , Ibu mereka. Sejak umur 5 tahun aku sudah tau, saat mereka berbisik-bisik di kamar kakakku yang tertua. aku benci hidupku, dan ayahku sama sekali tidak menolong. Beliau terlalu sibuk pada pekerjaannya.
Ayah terus menarik badanku, sampai akhirnya mendorongku masuk ke dalam mobil yang berada di garasi. Kakakku tersenyum ke arah mobil mereka, sambil memotong rumput halaman rumah mereka. aku selalu mengganggap semua yang ada di rumah ini adalah milik mereka. hidup mereka dan aku hanya menjadi debu kecil yang tidak berarti. Dari sikap Ayahku, aku selalu melihat beliau selalu berusaha keras mengganggapku sebagai anak laki-laki, bukan gadis remaja yang memakai kebaya. Kakakku terus tersenyum , dan aku seratus persen yakin dia tersenyum pada ayah mereka.
Setelah berkendara lebih dari 15 menit, kami sampai di tempat praktek seorang dokter gigi. dan aku masih tidak peduli dan berontak. tapi betapa keraspun aku mencoba , aku tidak bisa mengalahkan tenaga ayahku. ayahku menyeretku k sebuah ruangan, aku rasa difungsikan sebagai ruang tunggu. seorang perempuan paruh baya, menyambut kami di mejanya, menanyakan beberapa hal dan meminta kami menunggu. aku memang jarang ke dokter gigi, mungkin hanya dua kali dalam hidup ku, termasuk hari ini. tapi seumur hidup aku tidak pernah melihat tempat praktek dokter seramai ini. ada kurang lebih 20 orang bersama kami. ada beberapa manula, dan sebagian laki anak kecil . tidak ada orang yang seumuran dengan ku, ” tidak membesarkan hati” lirihku dalam hati. hampir satu jam kami menunggu , baru lah namaku di panggil, ayahku menunggu diluar. dia tidak bicara, hanya mendongakkan kepalanya ke arah sebuah pintu, aku berjalan gontai. ”Ayah, menyebalkan!” umpatku. sambil memandang tajam ke arah tempat duduk ayahku. Ayahku tiba-tiba berdiri dan berlari ke arahku yang berdiri di depan pintu kayu merah, aku tetap memandang tajam, aku tidak takut, pikirku. Ayahku memegang erat tangan ku, ”Aku sudah muak dnegan mu, Ro. ” Ayah selalu memanggilku Ro. Jessy, Daniel, dan Jonathan selalu memanggilku begitu. jika hendak menyuruh-nyuruh ku. Kebanyakan aku jawab dengan bantingan pintu dan umpatan. ”Kau tidak pernah mau menuruti Ayah, kenapa kau tidak bisa seperti Jess, Dan atau Jo. Kau hanya pembuat masalah, masuk ke dalam. atau kau akan kuhukum!” hardiknya, aku marah, aku bukan pembuat masalah. mataku berkaca-kaca, aku menahan tangisku dalam-dalam. Aku ingin membalas ayahku, tapi satu katapun tidak ada yang meluncur dari mulutku. untuk beberapa menit. aku sadar orang-orang melihat pertengkaran kami, masih ada sekitar 5 orang disekitar kami.Lalu aku menarik nafas, ” Tidak pernahkah Ayah sadari , aku ini Rossie. Bukan Jess, Aku bukan pahlawan basket sekolah. Aku juga bukan Daniel, yang menguasai 5 bahasa, aku juga bukan Jo , yang sudah bisa membuat program saat dia seumurku , Yah. Aku rossie. Aku harap Ayah menreima itu. dan satu hal lagi, ” aku menarik nafas sedalam yang paru-paru ku mampu lakukan. ”aku benci ayah,” lirihku. aku juga muak, yah. dengan semua kemarahan mu, aku tidak membuat masalah. masalah itu yang mencariku. aku ingin kau ada di dekatku , yah. berbicara dengan ku mengenai masalahku. Tidakkah ayah mengerti , aku membutuhkanmu, aku menangis dalam hati. ”Aku tahu ayah marah, dan ayah memang selalu begitu.” kemarahan ku tidak bisa hanya dilampiaskan dengan kata-kata, seperti tumor yang berdenyut-denyut kencang dalam kepalaku. ingin rasanya kau membenturkan kepalaku ke dinding putih bersih ruangan ini. Aku membalikkan badanku. aku baru menyadari dokter gigi itu memperhatikan kami, aku rasa sudah sedari tadi dia memperhatikan kami. Aku masuk ke ruangan kecilnya itu. Setelah masuk, aku langsung duduk di tempat yang bisa direbahkan itu dengan lampu putih bersih bersinar. Di meja kecil kursi itu, banyak alat-alat kecil. Segelas air berkumur sudah disiapkan di samping kiriku. Aku lalu sadar dokter itu, tidak masuk ke dalam ruangannya. Tapi malah keluar mendatangi ayahku dan memintanya masuk ke ruangan itu bersamaku. ”Silahkan , Pak. Minimal harus ada satu orang keluarga atau teman yang masuk, untuk berjaga-jaga. ” ujarnya. Aku tidak mengerti dengan kata-kata ”untuk berjaga-jaga”.
Lalu akupun memejamkan mata, tapi aku tidak merasakan apa-apa. Padahal aku sudah membuka mulutku lebar-lebar berharap ini segera berakhir. Tapi Dokter yang duduk di sebelahku itu hanya tersenyum, dan berkata pada Ayahku yang duduk di kursi di depanku. Didepannya ada meja dengan tumpukan – tumpukan kertas di atasnya. Dokter itu menoleh ke arah Ayahku, ”Pak, maukah Anda menolong saya? Ambilkan saya bunga matahari di depan jendela itu. ” ujarnya sambil menunjuk satu-satunya pot di ruangan itu. Lalu ayahku mengambilnya dan bertanya, ”Apa yang ingin anda lakukan dengan bunga ini?” Dokter itu menjawab, ”Aku sangat sebal pada bunga ini.” ”Kenapa, Dok. ” Ujar Ayahku basa – basi. ”Kemarin aku menemukan biji bunga matahari , dan aku mengharapkan bunga tulip tumbuh sari biji itu.” jawabnya tersenyum masam. wajahnya sangat lucu, setidaknya bagiku. Lalu otakku berpikir keras. Apakah dokter ini sudah gila? ”Ayahku tertawa dan berkata, ”Dokter ini bagaimana, mana mungkin dari biji bunga matahari tumbuh tulip. Kodrat biji itu menjadi bunga matahari. ” Tiba-tiba Ayahku terdiam. beberapa detik kemudian Dokter itu berkata, ”Betul juga, bagaimapun kerasnya aku berusaha, berharap, bahkan memaksa. Biji itu akan tetap tumbuh menjadi Bunga Matahari, bukan Tulip. Tumbuh menjadi apa yang Tuhan ingin. Dan memiliki cahanya sendiri.” Aku terdiam dan mengerti, Ayahku terdiam sangat lama. Dan aku rasa beliau juga mengerti. Mengerti tentang bunga itu, dan tentangku.

By: Lukisan Hati

Sabtu, 05 Juni 2010

Lubang Tempatku Sembunyi

Jika ku temukan
lubang tempatku sembunyi
dan aku akan tenang
di bawah cacian
di atas harapan
para orang-orang suci
berteriak menghardik
belati berdarah dingin
siapa tuanmu?
siapa musuhmu?
tak bergerak
hanya melukai
dan haus darah
ketakutanku bertambah
seperti darahku yang membanjir
aku membawa badanku
melalui lubang
tempatku sembunyi

by: Lukisan Hati

kemarahan

kemarahan yang tertahan
jadi tumor dalam jantungku
membuatnya berdetak kencang
kepalaku berdenyut
meronta
merangsak tengkorakku
aku ingin berteriak
tapi pada akhirnya
hanya air mata
aku benci melihatmu
wajahmu
membuatku muak
membuatku marah
pada akhirnya
membuat luka

by: Lukisan Hati

AKU INGIN HIDUP

Hidup adalah pilihan
dan aku memilih hidup
meski seperti tercabik, aku tetap bernafas,
mencoba bernafas
mencari detak jantung yang tertahan
aku menangis
perih dan terluka
tangis dan air mata
resiko dan bahaya
suara berteriak keras dari dalam
aku terisak memohon
pergi, aku menutup mata
keluar,
hardikku
aku menangis lagi
aku ingin hidup

by: Lukisan Hati

Today was A Fairy Tale by Taylor Swift

Today was a fairytale
You were the prince
I used to be a damsel in distress
You took me by the hand and you picked me up at six
Today was a fairytale

Today was a fairytale

Today was a fairytale
I wore a dress
You wore a dark grey t-shirt
You told me I was pretty when I looked like a mess
Today was a fairytale
Time slows down whenever you're around

But can you feel this magic in the air?
It must have been the way you kissed me
Fell in love when I saw you standing there
It must have been the way
Today was a fairytale
It must have been the way
Today was a fairytale

Today was a fairytale
You've got a smile that takes me to another planet
Every move you make everything you say is right
Today was a fairytale
Today was a fairytale
All that I can say is it's getting so much clearer
Nothing made sense until the time I saw your face

Time slows down whenever you're around
Yeah yeah

But can you feel this magic in the air?
It must have been the way you kissed me
Fell in love when I saw you standing there
It must have been the way
Today was a fairytale
It must have been the way
Today was a fairytale


Time slows down whenever you're around
I can feel my heart
It's beating in my chest
Did you feel it?
I can't put this down

But can you feel this magic in the air?
It must have been the way you kissed me
Fell in love when I saw you standing there
It must have been the way
But can you feel this magic in the air?
It must have been the way you kissed me
Fell in love when I saw you standing there
It must have been the way
Today was a fairytale
It must have been the way
Today was a fairytale